Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keutamaan Kalimah Thayibbah


Dari Sayyidina Jabir Ra., Baginda Rasullulallah bersabda,
" Dzikir yang paling utama ialah 'Laailaaha illallah' dan doa yang paling utama ialah 'Alhamdulillah' (H.R Tirmidzi dan ibnu Majah, dari  Kitab Misykat).

Faidah
Hadits di atas menyatakan dengan jelas, bahwa kalimat 'Laailaaha illalah' adalah dzikir yang paling utama. Banyak kitab hadits yang menerangkan hal ini. Karena asas adalah kalimat Thayibbah, maka tidak ada yang perlu di ragukan lagi mengenai keutamaannya. Diriwiyatkan juga sebuah hadits bahwa 'Alhamdulillah' adalah doa yang paling utama.

Memuji biasanya menunjukkan permintaaan. Pada umumnya, pujian kepada pemimpin, orang kaya dan pejabat, bertujuan untuk meminta sesuatu. Sayyidina Ibnu Abbas RA. berkata, "Barangsiapa membaca Laailaaha hendaklah juga membaca Alhamdulillah, karena Al-quran menyebutkan Fad'uuhu Mukhlishiina lahuddin lalu di ikuti dengan Alhamdulillahi Rabbil 'aalamin."

Mula Ali Qari Rah., berkata, "tidak ada keraguan lagi bahwa Kalimat Thayibbah adalah dzikir yang paling utama dan yang paling agung. Sebab, kalimat tersebut adalah azaz agama ini, dan di atasnya berdiri semua bangunan agama. Kalimat ini merupakan poros agama, dan amalan agama yang selain itu berputar mengelilinginya." Oleh sebab itu, para ahli ma'rifat dan ahli-ahli tassawuf lebih istiqamah berdzikir dengan kalimat Thayyibah daripada dzikir-dzikir yang lain. Mereka selalu berlatih memperbanyak ucapan tersebut. Mereka juga menganjurkan murid muridnya untuk berdzikir dengannya, karena banyak sekali faidah dan manfaat yang dihasilkan dari kalimat ini, yang tidak terdapat pada dzikir-dzikir yang lain.

Kisah tentang Sayyid Ali bin Maimun Al-maghribi Rah, sangat terkenal. Diriwayatkan bahwa ketika Syaikh Ulwan Hamawi Rah; seorang ulama, mufti, dan pengajar, datang ke majelis Sayyid Ali Rah. untuk berguru, maka Sayyid Ali Rah. menganjurkan agar dia meninggalkan kesibukannya dalam mengajar, memberi fatwa dan lain-lain, dan agar bertawajjuh kepada Dzikir saja. Ketika masyarakat mengetahui hal ini, mereka menentang dan menuduh Sayyid Ali Rah. telah merugikan orang di seluruh dunia dan menyia-nyiakan Syaikh Ulwan Rah. Ketika diketahui bahwa Syaikh Ulwan Rah. juga dilarang membaca Al-quran, maka semakin bertambahlah dugaan buruk masyarakat bahwa Sayyid Ali Rah. telah merusak agama.

Beliau difitnah dengan tuduhan zindik (aliran sesat) dan merusak agama. Beberapa hari kemudian, barulah Syaikh Ulwan Rah. merasakan pengaruh dari amalan Dzikir tersebut. Kesan dzikir tersebut telah mewarnai hatinya. Maka Sayyid Ali Rah. berkata kepadanya, ''Skarang mulailah engkau membaca Al-quran."
Ternyata setelah itu Syaikh Ulwan Rah mendapati di dalam Al-quran ilmu dan ma'rifat dari setiap lafadznya. Lalu, Sayyid Ali Rah. berkata, " Sebenarnya dahulu, aku tidak melarangmu untuk membaca Al-quran, aku mengizinkannya. Namun, aku ingin agar pengaruh dzikir ini tumbuh dulu dalam hatimu."

Demikianlah, Kalimah Thayyibah memang merupakan asas agama dan akar keimanan. Semakin banyak kalimah ini dibaca, akan semakin kokohlah akar keimanan. Iman tergantung pada kalimah ini. Bahkan, keberadaan dunia ini bergantung pada kalimah ini.

Sebuah hadits shahih menyatakan, " Tidak akan terjadi kiamat selama masih ada orang yang mengucapkan Laailaaha illalah dimuka bumi. "hadits lain menyebutkan, "Jika masih ada orang yang mengucapkan 'Allah, Allah,'dimuka bumi ini, maka kiamat tidak akan terjadi".

sumber : Kitab Fadhilah 'Amal

Post a Comment for "Keutamaan Kalimah Thayibbah"